Dejavu

Percayalah bahwa mengakui kebohongan yang diciptakan untuk diri sendiri itu terasa sangat sulit, terutama ketika aku menyadari bahwa ini bukanlah tempatku, hal ini bukanlah inginku, dan dengan tegas menyatakan bahwa "Aku telah membohongi diriku sendiri."
Dan, saat ini aku percaya dan tak ingin lagi berbohong tentang siapa yang aku cintai…. Dan “Percayalah bahwa aku sungguh mencintaimu! Aku telah jatuh cinta padamu sejak pertama kali kau jabat tanganku dan kau ucapkan namamu.”
Bagaimana mungkin aku meminta orang lain untuk memahami diriku, meminta orang lain untuk mengerti apa yang aku rasakan. Toh pada kenyataanya aku pun tak bisa mengerti akan apa yang aku inginkan, tentang apa yang aku butuhkan, dan apa yang aku harapkan terjadi dalam hidupku.
Huft…. Sungguh ini bukan lah jawaban yang aku inginkan tapi jawaban inilah yang datang dari sudut hatiku. Dan yang tak pernah aku percaya adalah DIA hadir dalam hidupku sejak dulu, semenjak sebelum aku mengenalnya. Mungkinkah pada suatu hari dalam kehidupan lampauku, dia hadir dihadapanku, dia hadir untuk mengenalkan dirinya padaku, namun sosoknya hanya terekam oleh salah satu bagian dari alam bawah sadarku, otak ku dan seluruh saraf penyusunnya telah mampu merekam informasi tentangnya secara utuh, namun mereka menyembunyikan banyak informasi tentangnya.
Dan ketika aku mampu merangkai semua skenario tentangnya, aku sadar bahwa aku tak pernah pantas ada disampingnya, aku bukanlah orang yang tepat untuk mendampingginya karena cahaya yang terpancar dari dalam diriku tak akan pernah mampu menyesuaikan diri dengan cahaya miliknya.

You May Also Like

0 Comments